
Apresiasi Seni
Karya ini menangkap pemandangan tenang yang mengundang penonton untuk melangkah ke dalam dunia yang damai. Sebuah pohon tunggal, tanpa daun, berdiri menonjol di depan. Rantingnya yang melengkung, seolah-olah menjangkau pikiran yang intim, sangat kontras dengan formasi batu yang digambarkan dengan lembut. Batu itu tampak hampir hidup, dengan nuansa biru dan abu-abu yang bervariasi lembut, berbisik tentang ketidakberdayaan dan ketahanan waktu. Di kejauhan, sekelompok bambu yang halus melambai, dilukis dengan sapuan lembut turquois dan giok, memberikan rasa segar kehidupan di tengah ketenangan.
Gubuk itu, tampaknya terlupakan, menambah lapisan narasi, mengisyaratkan cerita yang tersembunyi di dalam dinding sederhananya. Sederhana strukturnya mengundang refleksi—tempat yang pernah ramai dengan suara kini menjadi sunyi, mungkin merindukan masa-masa tawa. Penggunaan warna yang lembut meningkatkan daya tarik emosional, mengukuhkan aliran waktu dan membangkitkan kerinduan. Saat mengamati karya ini, hampir dapat mendengar desis daun—pengingat lembut bahwa keheningan alam berbicara dalam arti yang dalam.