
Apresiasi Seni
Aquarel yang penuh perasaan ini menangkap keindahan sunyi reruntuhan kuno yang disinari cahaya alami yang lembut. Sang seniman menggunakan warna bumi yang halus—okser hangat, cokelat redup, dan abu-abu lembut—untuk menghidupkan lengkungan batu dan pilar yang runtuh, memberikan kesan tekstur dan usia yang nyata. Komposisinya mengarahkan mata mengikuti lengkungan tersebut, dengan struktur yang menjulang mendominasi sisi kanan sementara sisi kiri memudar ke pemandangan terbuka yang berkabut, dimana terdapat sosok tunggal dan hewan-hewan di kejauhan yang menambah sentuhan naratif yang tenang.
Perpaduan cahaya dan bayangan yang luar biasa, menyiratkan cahaya lembut sore atau pagi hari. Reruntuhan ini terasa megah sekaligus melankolis, membangkitkan keheningan abadi yang penuh dengan cerita masa lalu. Sapuan kuas yang halus namun yakin mengajak kita membayangkan suara angin yang menyapu batu dan gema sejarah yang samar. Karya ini sangat menggugah tema memori dan kefanaan, menangkap momen yang tertahan antara kerusakan dan keindahan abadi, mencerminkan ketertarikan era Romantis pada alam dan keagungan.