
Apresiasi Seni
Adegan terbuka dengan energi mentah yang langsung menarik perhatian penonton; saya hampir bisa mendengar suara banteng, teriakan orang-orang. Sosok berkuda mendominasi pusat, siap untuk berburu; tombaknya, perpanjangan tangan yang mengancam, mengarah ke banteng. Komposisi adalah tarian dinamis antara manusia dan binatang. Sosok-sosok itu, yang dirender dengan kekasaran yang menekankan bentuk dan tindakan mereka, ditempatkan di latar belakang lanskap tandus, yang mengintensifkan drama saat ini.
Pilihan garis dan bayangan sang seniman menciptakan suasana yang bersifat spesifik dan universal, menangkap esensi dari perjuangan antara manusia dan alam. Banteng, dengan otot tegang dan tanduk menurun, menyerang dengan kekuatan tak terkendali. Kuda, mitra dalam permainan berbahaya ini, berusaha keras ke depan, otot mengencang. Sosok-sosok itu tampak terukir di udara itu sendiri, dengan sang seniman bermain dengan cahaya dan bayangan untuk meningkatkan dampak emosional. Sebuah narasi abadi, kisah keberanian, keterampilan, dan alam liar yang tak terkendali.