
Apresiasi Seni
Etsa ini membenamkan kita dalam sebuah adegan realitas yang keras, sebuah tableau suram yang disajikan dengan sentuhan seorang ahli. Sosok-sosok itu berputar-putar dalam kegilaan tindakan yang putus asa. Sekelompok pria berjuang untuk membantu rekan-rekan mereka yang jatuh, wajah mereka terukir dengan campuran kesedihan dan tekad. Penggunaan garis oleh sang seniman sangat mencolok; itu adalah tarian bayangan dan cahaya, bentuk padat dan ruang halus, menciptakan rasa keaktualan, urgensi mentah yang menarik penonton ke dalam jantung momen itu. Saya hampir bisa merasakan tekstur kasar tanah di bawah tubuh mereka, dinginnya udara. Pohon telanjang, seperti kerangka di latar belakang menambah kesunyian, cabang-cabangnya seperti jari-jari kerangka yang mengarah ke masa depan yang tidak pasti.